Artikel Terbaru

Hadis Maudhu' (Palsu)


Pengertian Hadis Maudhu'

  1. Etimologi
    Maudhu': rendah, diletakkan, dibuat.
  2. Terminologi
    الحَدِيْثُ المَوْضُوْعُ: المُخْتَلَقُ المَصْنُوْعُ المُسْنَدُ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم
    "Hadis maudhu': hadis ciptaan dan buatan yang disandarkan pada Rasulullah saw."
Pada hakikatnya hadis maudhu' bukanlah hadis. Akan tetapi para ulama menyebutnya sebagai "hadis" untuk memudahkan dalam penjelasan sehingga mudah dipahami.

Teori Tentang Awal Kemunculan Hadis Maudhu' dan Bantahannya
  1. Teori Dr. Ahmad Amin (Mesir, tokoh yang cenderung sekuler)
    Hadis maudhu' sudah ada sejak zaman Nabi saw. dengan dalil:
    - Terdapat riwayat bahwa ada seorang sahabat hendak melamar seorang wanita dan mengatakan bahwa ia diutus oleh Nabi saw. agar lamarannya diterima.
    Bantahan: riwayat ini lemah, dilemahkan oleh Imam Al-Thahawi.
    - Hadis mutawatir:
    مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
    "Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah ia bersiap-siap menempati tempat duduknya di neraka."
    Dr. Ahmad Amin: "Adanya peringatan menunjukkan bahwa sesuatu tsb. telah terjadi."
    Bantahan: Dalam kaidah bahasa, kalimat peringatan itu tidak selalu menunjukkan bahwa sesuatu yang diperingatkan itu sudah terjadi.
  2. Teori Jumhur Ahli Hadis (Pendapat yang kuat)
    Hadis maudhu' ada sejak zaman Ali bin Abi Thalib r.a., tepatnya ketika terjadi fitnah (konflik) antara Ali bin Abi Thalib r.a. dan Mu'awiyah bin Abi Sufyan r.a.
    Pada masa tsb. muncul kelompok Syi'ah yang mengklaim diri berada di pihak Ali r.a. Mereka mempolitisir Ahli Bait untuk kepentingan mereka.
    Kalangan Syi'ah membuat hadis-hadis maudhu' (palsu) yang isinya memuji-muji Ali r.a. dan menjelek-jelekkan Mu'awiyah r.a.
    Sebagai balasannya, kalangan Sunni yang bodoh membuat hadis-hadis palsu yang melaknat Ali r.a. sebagai balasan atas Syi'ah yang melaknat Mu'awiyah r.a.

Motivasi Pemalsuan Hadis
  1. Agama (biasanya ada di hadis-hadis fadhilah amal): hadis maudhu' yang paling berbahaya.
    Contoh:

    مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِي دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ أُعْطِىَ قُلُوْبَ الشَّاكِرِيْنَ، وَثَوَابَ النَّبِيِّيْنَ، وَأَعْمَالَ الصِّدِّيْقِيْنَ
    "Siapa yang membaca ayat Kursi setiap selesai shalat fardu, maka akan diberikan kepadanya hati orang yang bersyukur, pahala para nabi, dan pekerjaan orang-orang yang jujur."
    مَنْ كَتَبَ آيَةَ اْلكُرْسِي بِزَعْفَرَانَ عَلَى رَاحَتِهِ الْيُسْرَى بِيَدِهِ اْليُمْنَى سَبْعَ مَرَّاتٍ وَيَلْحَسُهَا بِلِسَانِهِ لَمْ يَنْسَ شَيِئًا أَبَدًا
    "Barang siapa yang menulis ayat kursi ditelapak tangan kirinya dengan za’faran (sejenis bumbu) dengan menggunakan tangan kanannya sebanyak tujuh kali, kemudian menjilatnya dengan lidahnya, maka dia tidak akan lupa akan sesuatu untuk selamanya."
  2. Politis
    Contoh:
    اَلْقُرْآنُ غَيْرُ مَخْلُوْقٍ
    "Alquran itu bukan makhluk."
    لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَقُوْلُوْا بِآرَائِهِمْ
    "Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga mereka berbicara dengan pendapatnya masing-masing."
  3. Bisnis
    Contoh:
    ٍالبَاذِنْجَانُ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ شَيْء
    "Buah terong itu penawar bagi segala macam penyakit."
    خير تجارتكم البز وخير أعمالكم الحرز
    "Sebaik-baik barang daganganmu adalah kain kapas dan sebaik-baik pekerjaanmu adalah melubangi dan menjahit kulit."
  4. Fanatisme
    - Madzhab
    - Etnis
    - Bahasa
    - Kelompok
    Contoh:
    أَبُوْ بَكْرٍ يَلِيْ أُمَّتِيْ بَعْدِيْ
    "Abu Bakar akan memimpin umatku setelah aku meninggal."
    عَلِيٌّ خَيْرُ الْبَشَرِ، مَنْ شَكَّ فِيْهِ كَفَرَ
    "Ali adalah sebaik-baik manusia. Barangsiapa meragukannya maka ia telah kafir."
    اَلْأُمَنَاءُ ثَلَاثَةٌ: أَنَا وَجِبْرِيْلُ وَمُعَاوِيَةُ
    "Pemegang amanah itu ada tiga: aku, Jibril, dan Mu'awiyah."
  5. Phobia pada Islam (permusuhan pada Islam) dan menjelek-jelekkannya
    Contoh:
    رَأَيْتُ رَبِّيْ يَوْمَ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ عَلَى جَمَلٍ أَحْمَرَ عَلَيْهِ إِزَارَانِ
    "Aku melihat Rabbku pada hari Arafah dengan menunggang unta merah memakai dua lembar kain."
  6. Menjilat penguasa
    Contoh:

    Ghiyats bin Ibrahim berdusta untuk Khalifah al-Mahdi dalam hadits Rasulullah SAW berikut:

    ٍلَا سَبْقَ إِلَّا فِىْ نَصْلٍ أَوْ خُفٍّ أَوْ حَافِر
    "Tidak ada perlombaan kecuali dalam (permainan) panah, sepatu atau kuda."
    Ghiyats menambahkan “atau sayap” ketika ia melihat al-Mahdi bermain dengan burung dara.  Al-Mahdi memerintahkan agar burung itu disembelih setelah ia memberikan 10.000 dirham kepadanya. Kemudian al-Mahdi berkata tentang Ghiyats, “Saya bersaksi atas jejakmu. Sesungguhnya itu adalah jejak pendusta atas Rasulullah SAW".
  7. Dramatisasi
    Contoh:
    "Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pohon yang dari bagian atasnya keluar pakaian-pakaian dan dari bagian bawahnya keluar seekor kuda belang (yang etrbuat) dari emas, berpelana dan dikekang dengan permata dan batu mulia. Kuda itu tidak berak dan tidak kencing dan mempunyai banyak sayap. Kemudian, para wali Allah duduk di atsnya dan membawa mereka terbang ke mana saja yang mereka kehendaki."

Cara Mengetahui Kepalsuan Suatu Hadis
  1. Pengakuan dari sang pemalsu hadis.
  2. Isinya bertentangan dengan akal, seperti: isi hadis mengumpulkan dua hal yang saling bertolak belakang, menetapkan sesuatu yang mustahil terjadi, atau menafikan sesuatu yang pasti ada.
  3. Bertentangan dengan pokok-pokok agama yang telah dikenal secara pasti, seperti: isi hadis menggugurkan salah satu rukun Islam, menghalalkan hal yang haram dan sebaliknya, menetapkan waktu terjadinya kiamat, membolehkan pengutusan nabi setelah Nabi Muhammad saw.

Kitab-kitab Ulama Tentang Hadis Maudhu'
  1. Al-Maudhu'at karya Imam Al-Hafizh Abu Al-Faraj Abd Al-Rahman bin Al-Jauzi (w. 597 H)
    Ini adalah kitab pertama dan paling luas pembahasannya. Kekurangan kitab ini adalah banyak sekali memuat hadis yang tidak bisa dibuktikan kepalsuannya, melainkan hanya berstatus dha'if, bahkan ada diantaranya yang berstatus hasan dan shahih. Ini melebihi batas dan hanya dikira-kira saja.
  2. Al-La'ali Al-Mashnu'ah Fi Al-Maudhu'ah karya Al-Hafizh Jalal Al-Din Al-Suyuthi (w. 911 H)
    Kitab ini adalah ringkasan dari kitab Ibn Al-Jauzi di atas disertai penjelasan tentang kedudukan hadis-hadis maudhu' ditambah dengan hadis-hadis maudhu' yang belum disebutkan oleh Ibn Al-Jauzi. Dengan demikian, kitab ini sangat komplit dan besar manfaatnya.
  3. Tanzil Al-Syari'ah Al-Marfu'ah Al-Syani'ah Al-Maudhu'ah karya Al-Hafizh Abu Al-Hasan Ali bin Muhammad bin Iraq Al-Kannani (w. 963 H).
  4. Al-Manar Al-Munif Al-Shahih Wa Al-Dha'if karya Al-Hafizh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (w. 751 H).
  5. Al-Mashnu' Fi Ma'rifah Al-Hadits Al-Maudhu' karya Ali Al-Qari (w. 1014 H)


Tidak ada komentar